BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pemeriksaan feses (tinja) adalah
salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu
klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang
berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus
pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh
pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan
pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan
interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh
klinisi. Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah
dengan judul “pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan penunjang
dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis
laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi
kesehatan. dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-macam
penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk
pemeriksaan feses secara benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses
dengan baik, dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan
feses dengan benar.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini antara lain:
a. Bagaimana pemeriksaan
Laboratorium pada feses
b. Bagaimana analisa makroskopis
pada feses
c. Bagaimana analisa
mikroskopis pada feses
d. Bagaimana analisa keberadaan
darah pada feses
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
a. Mengetahui cara
pemeriksaan laboratorium pada feses
b. Mengetahui analisa
makroskopis pada feses
c. Mengetahui analisa
mikroskopis pada fese
d. Mengetahui analisa keberadaan
darah pada feses
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FESES
Untuk pemeriksaan feses sebaiknya
yang berasal dari defekasi spontan jika pemeriksaan sangat di perlukan,boleh
juga sempel feses di ambil dengan jari bersarung dari rectum. Untuk
pemeriksaan bisa dipakai feses sewaktu,jarang di perlukan feses 24
jam untuk pemeriksaan tertentu.
Feses hendaknya di periksa dalam
keadaan segar, kalau di biarkan mungkin sekali unsur-unsur
dalam feses itu menjadi rusak.bahan ini selalu harus di anggap bahan yang
mungkin mendatangkan inpeksi, berhati-hati lah bekerja.
Untuk mengirim feses wadah yang
sebaiknya ialah yang terbuat dari kaca atau dari bahan lain yang tidak dapat di
tembus seperti plastik. Kalau konsistensi tinja keras,dos korton brlapis
parafin juga boleh di pakai. Wadah harus bermulut lebar. Pemeriksaan
penting dalam feses ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama
pentingnya dalam keadaan tertentu adalah test terhadap darah samar.
Jika akan
memeriksa feses, pilihlah selalu sebagian dari feses itu yang
memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan, umpamanya:
bagian yang bercampur darah atau lendir, dan sebagainya.oleh karna
unsur-unsur patologi biasanya tidak terdapat merata, maka hasil peeriksaan
mikroskopi tidak dapat di nilai derajat kepositifannya dengan tepat,cukup di
beri tanda – (negatif), +, + + atau + + + saja.
Nilai Normal Pemeriksaan Tinja
No.
|
Jenis pemeriksaan
|
Nilai normal
|
Keterangan
|
A.
1.
|
Makroskopis
Warna
|
Kuning kehijauan
|
Tergantung makanan /obat yang dikonsumsi
|
2.
|
Bau
|
Bau indol,scatol dan asam butirat
|
Bau busuk, asam, dan tengik menunjukan adanya proses pembusukan
makanan atau gangguan pencernaan.
|
3.
|
Konsistensi
|
Agak lunak dan berbentuk
|
|
4.
|
Volume
|
100-300 gr/hari,70% air dan 30% sisa makanan
|
|
5.
|
Lendir
|
Tidak ada
|
Lendir banyak ada rangsangan.
Lendir dibagian luar tinja: iritasi usus besar
Lendir bercampur tinja: iritasi pada usus halus
Lendir tanpa tinja: disentri, intususepsi atau ileokolitis.
|
6.
|
Darah
|
Tidak ada
|
|
B.
1.
|
Mikroskopis
Sel epitel
|
Ditemukan sedikit
|
|
2.
|
Lekosit dan makrophag
|
Ditemukan sedikit
|
Ditemukan banyak : peradangan
|
3.
|
Darah(tesben sidin)
|
Negative
|
|
4.
|
Telur dan jentik cacing
|
Negative
|
|
5.
|
Protozoa
|
Negative
|
|
6.
|
Bilirubin
|
Negative
|
+ : diare atau gangguan flora usus
|
7.
|
Urobilin
|
Positif
|
- : obstruksi empedu
|
2.2 MAKROSKOPIS
Analisa makroskopis tinja
No.
|
Makroskopis Tinja
|
Kemungkinan penyabab
|
1.
|
Berbutir kecil,keras,warna tua
|
Kostipsi
|
2.
|
Volume besar,berbau,mengembang
|
Malabsorpsi lemak atau protein karena penyebab dari usus pancreas
atau empedu
|
3.
|
Rapuh dengan lendir tanpa darah
|
Sindroma pada usus besar
|
4.
|
Rapuh dengan darah dan lendir (darah,lebih terlihat daripada
lendir)
|
Radang usus besar,tipoid,amubiasis,tumor ganas pada usus
|
5.
|
Hitam,mudah melekat seperti ter,volume besar,cair ada sisa padat
sedikit
|
Kholero,E.coli keracunan
|
6.
|
Rapuh, ada nanah dan jaringan nekrotik,agak lunak berwarna
sedikit putih abu-abu
|
Devertikulitis,abses pada usus,tumor usus,parasit,obstruksi
saluran
|
1. Warna
Warna feses yang di biarkan
pada udara menjadi lebih tua karna terbentuknya lebih banyak urobilin dari
urobilinogen yang diexkresikan lewat usus. Urobilinogen tidak berwarna
sedangkan urobilin berwarna coklat tua.selain urobilin yang normal
ada, warna feses di pengaruhi oleh jenis makanan, oleh kelainan
dalam saluran usus dan oleh obat-obat yang di berikan.
Warna kuning bertalian dengan
susu, jagung, obat santonin atau bilirubin yang belum
berubah. Hijau biasanya oleh makanan yang mengandung banyak sayur mayur
jarang oleh biliverdin yang belum berubah. Warna abu-abu mungkin di
sebabkan oleh karena tidak ada urobilin dalam saluran makanan dan hal itu
didapat pada ikterus obstroktip (tinja acholik ) dan juga setelah di pakai
garam barium pada pemeriksaan radiologik. Warna abu-abu itupun mungkin
terjadi kalau makanan mengandung banyak lemak yang tidak di cernakan karna
depisiensi enzim pancreas. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar
dibagian distal: mungkin pula makanan seperti bit. Warna coklat di
pertalikan dengan perdarahan proximal atau dengan makanan coklat, kopi dan
seterusnya. Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat-obatan
mengandung besi dan mungkin juga oleh melena.
Analisa tinja berdasarkan warnanya
No.
|
Warna tinja
|
Penyebab patoligis
|
Penyebab tak patologis
|
1.
|
Coklat tua agak kuning
|
Tak ada
|
-warna pigmen empedu
-banyak makan daging
|
2.
|
Hitam
|
Perdarahan saluran empedu
|
Banyak makan Fe (saren) atau bismuth
|
3.
|
Abu-abu muda
|
Obstruksi saluran empedu
|
Banyak makan coklat atau kokoa
|
4.
|
Hijau atau kuning kehijauan
|
Tidak ada
|
Bnyak makan sayuran
|
5.
|
Merah
|
Perdarahan saluran usus bagian distal
|
Terlalu banyak makanan lobak merah atau biet
|
2. Bau
Bau normal feses di sebabkan
oleh indol, skatol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau busuk jika dalam usus
terjadi pembusukan isinya, yaitu protein yang tidak dicernakan dan di rombak
oleh kuman-kuman. Reaksi feses menjadi lindi pembusukan semacam itu. Ada
kemungkinan juga feses berbau asam : keadaan itu disebabkan oleh peragian
(fermentesai) zat-zat gula yang tidak di cerna karna umpamanya diare.
Reaksi feses dalam hal itu menjadi asam. Bau tengik dalam feses di
sebabkan oleh perombakan zat lemak pelepasan asam-asam lemak.
3. Konsistensi
Feses normal agak lunak dengan
mempunyai bentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair,
sedangkan sebaliknya pada konstipasi di daat feses keras peragian karbon
hidrat dalam usus menghasilkan feses yang lunak dan bercampur gas (CO2).
4. Lendir
Adanya lendir berarti rangsangan
atau radang ding-ding usus. Kalau lendir itu hanya di dapat di bagian
luar feses, lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar : kalau
bercampur baur dengan feses mungkin sekali usus kecil. Pada dysenteri, intususepsi
dan ileocilitis mungkin di dapat lendir saja tanpa feses. Kalau lendir
berisi banyak leukosit terjadi nanah.
5. Darah
Perhatikanlah apa darah itu
segar (merah muda), coklat atau hitam dan apakah bercampu baur atau hanya di
bagian luar feses saja. Makin proximal terjadinya pendarahan, makin
bercampurlah darah dengan feses dan makin hitamlah warnanya. Jumlah darah
yang besar mungkin disebabkan oleh ulcus, varices dalam oesophagus atau
hemorhoid.
Analisa keberadaan darah pada tinja
No.
|
Keadaan darah pada tinja/perdarahan
|
Kemungkinan penyabab
|
1.
|
Samar-samar sampai kuat di sertai rasa nyeri perut
|
Ulkus peptikum (lambung dan duodenum)
|
2.
|
Ringan,kadang-kadang menjadi berat
|
Gastritis erosive
|
3.
|
Perdarahan berat dan sekonyong-konyong
|
Pecahnya varices oesophagus atau Hipertensi portal pada serosis
hepatis
|
4.
|
Perdarahan ringan tetapi tanpa nyeri terus menerus
|
- peminum alcohol
- sindroma mallori weiss
- hernia hiatus
|
5.
|
Perdaraha sedang,tinja warna merah atau sawp matang
|
- Devertikulum
- Ulkus peptikum
|
6.
|
Perdarahan ringan berselang-seling kadang-kadang disertai diare
dan lender
|
Polip usus
|
7.
|
Perdarahan ringan sampai berat,disertai diare,nyeri perut, berat
badan turun
|
- Amubiasis
- infeksi shigelia
- infeksi usus besar (kolisis)
|
8.
|
Perdarahan ringan dan berselubung
|
Devertikulitis
|
9.
|
Perdarahan berat,terselubung dan pada orng tua
|
Karsinoma usus distal
|
10.
|
Perdarahan ringan warna merah muda,konstipasi dan dengan atau
tanpa nyeri pada orang dewasa atau tua
|
Hemoroid
|
6. Parasit
Cacing ascaris, ancylostoma, dan lain-lain mungkin terlihat.
2.3 Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis tinja
No
|
Jenis pemeriksaan
|
Tujuan pemeriksaan
|
1.
|
Pemeriksaan parasit (diambil tinja segar pada bagian yang ada
darah atau lendir)
|
Untuk melihat keberadaan parasit (telur) dari cacing dan amuba
|
2.
|
Sisa makanan
|
- melihat proses pencernaan
- gangguan proteolisis (kberadaan serat
otot atau bergaris )
- gangguan malabsorpsi
(missal:lemak,protein,dll)
|
3
|
Seluler
|
- Sel epithel: iritasi mukosa
- Loekosit:proses inflamasi
usus
- Eritrosit:perdarahan usus
|
Pemeriksaan mikroskpis secara langsung
Pemeriksaan sederhana dan paling
sering dilakukan. Infeksi parasit dapat dilihat dengan pemeriksaan
langsung. Untuk pemeriksaan secara mikroskopis, sejumlah kecil feses
atau bahan yang akan diperiksa diletakan diatas objek glass, bila feses sangat
padat dapat ditambahkan sedikit air selanjutnya ditutup dengan deck glass, buat
dua atau lebih sediaan.
Pada pemeriksaan mikroskopis usaha
mencari protozoa dan telur cacing merupakan maksud terpenting. Untuk
mencari protozoa sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan
pengencer feses atau juga larutan Lugol 1-2%. Selain itu larutan asam
acetat 10% dipakai untuk melihat leukosit lebih jelas, sedangkan untuk melihat
unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan
rutin.
Sediaan hendaknya tipis, agar
unsur-unsur jelas terlihat dan dapat dikenal; meskipunbegitu selalu akan
dijumpai unsur-unsur yang telah ruksak sehingga identifikasi tidak mungkin
lagi.
A. Sel epitel
Beberapa sel epitel, yaitu yang
berasal dari dinding usus bagian distal dapat ditemukan dalam keadaan normal.
Kalau sel epitel berasal dari bagian yang lebih proximal, sel-sel itu sebagian
atau seluruhnya ruksak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
perangsangan atau peradangan dinding usus itu.
B. Makrofag
Sel-sel besar berinti satu memiliki
daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat sel-sel lain (leukosi,
eritrosit) atau benda-benda lain. Dalam preparat natif sel-sel itu menyerupai
ameba; perbedaanya ialah sel ini tidak dapat bergerak.
C. Leukosit
Lebih jelas terlihat
kalau feses dicampur dengan beberapa tetes larutan asam acetat 10%.
Kalau hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada artinya. Pada
dysentri basiler, colitis ulcerosa dan peradangan lain-lain, jumlahnya menjadi
besar.
D. Eritrosit
Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi colon, rectum,
atau anus. Pendapat ini selalu abnormal.
E. Kristal-kristal
Pada umumnya tidak banyak artinya.
Apapun dalam feses normal mungkin terlihat kristal-kristal
tripelfosfat, celciumoxalat dan asam lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai
kristal chacot-leyden adan kristal hematoidin.
F. Sisa makanan
Hampir seluruh dapat ditemukan juga;
bukanlah adanya, melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dipertalikan
dengan sesuatu hal yang abnormal.sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan
daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serat otot,
serat elestik, dan lain-lain.
Untuk isentifikasi lebih lanjut
emulsi tunja dicampur dengan larutan lugol: pati (amylum) yang tidak sempurna
dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Larutan jenuh sudan III
atau sudan IV dalam alkohol 70% juga dipakai: lemak netral menjadi tetes-tetes
merah atau jingga
G. Sel ragi
Khusus glastocystis hominis tidak
jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan kista
ameba.
H. Telur dan jentik cacing
Ascaris lumbricoides. Necator americanus enterobius permicularis.
Trichiusus trichiura, estrongyloides strcoralis, dan seagainya; juga yang
termasuk genus cestodas dan trematodas mungkin di dapat
2.4 Darah Samar
Tes terhadap darh samar penting
sekali untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yahng tidak dapat dinyatakan
secara makroskopi atau mikroskopi. Banyak prosedur tes yang dipakai
semuanya mempunyai keterbatasan ada yang sangat sensiitif ada yang kurang
sensitif dan selalu nonspesifik. Yang paling sering dipakai addalah tes
guaiac, yang mempunyai reasksi palsu kecil. Stetes kecil feses diapus di atas
kertas-kertas saring selanjutnya di tambaahkan 1 tetes larutan guaiac, 1 tetes
asam aselat glasial dan 1 tetes hidrogen peroksida, tes positif bila dalam
waktu 30 detik timbul warna biru atau hijau gelap, bila timbul warna lain atau
timbul setelah 30 detik reaksi dinyatakan negatif.
A. Cara dengan benzidine basa
1. Buatlah emulise tinja dengan air atau
dengan larutan garam kira-kira 10ml dan panasilah hingga mendidih.
2. Saringlah emulise yang masih panas itu
dan biarkan filtrat sampai menjadi dingain kembali.
3. Kedalam tabung reaksi lain dimasukan
benzidine basa sebnayak sepicuk pisau.
4. Tambahkan 3ml asam acetat glacial,kocoklah
sampai benzidine itu larut dengan meninggalkan beberapa kristal
5. Bubuhilah 2ml fitrat emulsi tinja,
campur.
6. Berilah 1ml larutan hidrogen peroxida
3%,campur.
7. Hasil di baca dalam waktu 5 menit (
jangan lebih lama)
Catatan
Hasil dinilai dengan cara seperti telah diterangkan dulu:
Negatif – tidak perubahan warna atau warna yang samar-samar hijau
Positif + hijau
Positif 2 + biru bercampurr hijau
Positif 3 + biru
Positif 4 + biru tua
Pesien yang tinjanya akan diperiksa
terhadap darah samar janganlah dikenakan hukuman seperti peraturan “ tidak
boleh menyikat gigi selama beberapa hari sebelum pemeriksaan “, biasanya tidak
perlu untuk melarang makanan daging. Bahwa tinja seorang normal biasanya
bereaksi negatif dengan tes ini agaknya mengusangkan peraturan itu, apalagi tes
ini hendaknya jangan hanya di lakukan sekali saja untuk mendapat hasil yang
bermakna.
B. Cara dengan benzidine dihidrochlorida
Jika hendak memakai benzidine
dihidrochorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud supaya tes
menjadi kurang peka dan kurang menghasilkan yang positif palsu, maka caranya
sama juga seperti diterangkan diatas.
Catatan
Lihat juga apa yang sudah diterangkan mengenai pemakaian benzidine
dlam laboratorium.
C. Cara dengan guajac
1. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam
tabung reaksi dan tambahlah 1 ml asam acetat glaseal: campur
2. Dalam tabung reaksi reaksi lain dimasukan
sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alkohol 95%: campur
3. Tuanglah berhati-hati isi tabung kedua
kedalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap
sebagai lapisan terpisah.
4. Hasil positif kelihatan dari warna biru
yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat kepositipan dinilai dari
warna itu
D. Urolobin
Cara
1. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah
mortir dan campurlah dengan larutan mercurichlorida 10% yang volumenya
kira-kira sama banyak dengan tinja itu.
2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3. Tuanglah bahan itu kedalam cawan datar
agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6 sampai 24 jam
4. Adanya urobilin nyata oleh timbul warna
merah
Catatan
Dalam tinja normal selalu ada
urobilin, hasil tes ini yang merah berarti fositip, jumlah urobil berkurang
pada ikterus obsruktif, jika obstruksi total, hasil tes menjadi negatif.
Tes terhadap urobilin ini sangat
inferiur jika dibandingkan dengan penetapan kuantitatif urobilin nogen dalam
tinja. Penetapan kuantitatif itu dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
urobilinnogen yang diekresikan per 24 jam sehingga permakna dalam keadaan
seperti anemia himolitik, ikterus obstruktif dan ikterus hepatoseluler.
BAB III
KESIMPULAN
Feses untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi
spontan; jika pemeriksaan sangat diperlukan, boleh juga sample fese diambil
dengan jari bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasa dipakai feses
sewaktu, jarang diperlukan feses 24 jam untuk pemeriksaan tertentu.
Bahan-bahan untuk pemeriksaan feses
harus melalui salurab yang bersih tanpa bercampur dengan urin. Diperlukan dalam
jumlah kecil kecuali beberapa keadaan. Ditampung dalam wadah sekali pakai,
harus dilakukan pemeriksaan dalam beberapa jam setelah pengambilan, untuk
pemeriksaan amuba specimen harus segar.
Jumlah material feses sangat
tergantung dari diet individu biasanya antara 100-250 mg/hari atau 100-250 ml
dalam bentuk cairan. Konsistensi lunak warna cokelat tua yang disebabkan oleh
pigmen empedu, perubahan warna dapat disebabkan olehjenis makanan, obat-obatan
dan hal ini dapat dibedakan dari kondisi patolog. Putih keabu-abuan atau warna
pucat khas untuk gambaran penyumbatan saluran empedu. Perdarahan pada saluran
cerna bagian atas feses akan berwarna hitam pekat seperti cairan kopi yang
sangat karakteristik. Warna cokelat gelap bahkan kemerah-merahan tergantung
luas dan lamanya perdarahan disaluran cerna yang mengalami proses digesti atau
denaturasi. Bercak merah pada feses disebabkan lesi pada rectum atau anus.
Mucus yang berlebihan dapat dilihat dengan mudah. Sejumlah pus (nanah) dapat
terlihat tanpa harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan mikroskopis.
Sejumlah kecil sel epitel dapat
ditemukan pada feses adanya kenaikan jumlah sel epitel menggambarkan berbagai
peradangan. Adanya sel-sel pus mendukung adanya proses peradangan saluran
cerna. Memperhatikan sel dengan menambahkan setetes 10% asam asetat atau
metilen blue. Sejumlah Kristal dapat ditemukan biasanya tidak mempunyai
korelasi klinik.
DAFTAR PUSTAKA
R. Ganda
Soebrata. (1970). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Catatan Kuliah
Patologi Klinik I. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung
Sutedjo, AY.
(2007). Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta:
Amara Books
Tidak ada komentar:
Posting Komentar